Home » Sejarah » Natal di Jepang, Tradisi Bercinta hingga Beli Pajangan
Natal di Jepang, Tradisi Bercinta hingga Beli Pajangan
APAKAH orang Jepang punya agama? Itulah pertanyaan yang sering kita dengar. Jawabannya, punya dan tidak. Mengapa? Menikah umumnya pakai Kristen, diberkati di gereja, tetapi meninggal umumnya secara Buddha dan dibakar diperabukan. Lalu Shinto bagian dari kebudayaan Jepang dan sejenis aliran kepercayaan, bukan agama.
Mengapa saat Natal, gereja di Jepang dipenuhi banyak orang Jepang? Satu kecenderungan menarik memang saat ini semakin banyak orang Jepang ke gereja meskipun mereka belum dipermandikan. Ada pula yang ikut-ikutan temannya ke gereja, pacarnya ke gereja, dan sebagainya.
"Latar belakang mereka ke gereja karena orang Jepang berbasis perdamaian. Dengan kejadian bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, umumnya orang Jepang saat ini pencinta damai yang sangat kuat. Mereka merasakan kedamaian setelah berada di dalam gereja," tutur Hiroshi Kumagai, seorang warga Okinawa, saat berada di gereja Katolik di Yotsuya, Tokyo.
"Suasana gereja yang tenang, penuh dengan doa-doa dan musik yang indah membuat jiwa saya terasa damai dan tenang. Mungkin inilah yang membuat orang Jepang senang ke gereja. Soal kepercayaan kepada Tuhan, kami rasa orang Jepang tahu dan mengerti ada sesuatu yang lebih tinggi dari manusia seperti julukan Tuhan bagi orang yang percaya dan beragama. Namun yang terpenting adalah kami sendiri sebagai manusia agar bisa melaksanakan kehidupan ini dengan baik, damai, tidak menyusahkan orang lain. Apabila hal itu dijalankan dengan baik, saya yakin dunia ini akan tenang, tenteram, dan damai, indah bagi kita semua," paparnya lagi yang mengaku belum dipermandikan. Dia ke gereja hanya karena merasa dirinya menjadi tenang, nyaman, dan terasa damai.
Suasana Natal di Jepang terutama di kota besar seperti Tokyo dimulai dengan pemasangan hiasan Natal sejak awal November lalu. Terutama pohon Natal akan hilang atau lenyap habis per tanggal 26 Desember. Inilah hal menarik di Jepang. Apabila di Indonesia merayakan Natal kedua tanggal 26 Desember, di Jepang semua pajangan Natal terutama pohon Natal hanya sampai 25 Desember. Lalu sehari kemudian semua langsung hilang dan berubah menjadi hiasan tahun baru.
Berkencan
Bagi banyak anak muda di kota besar di Jepang, peringatan Natal memiliki citra tersendiri. Bukan dirinya sebagai manusia, hari Natal itu sebagai saat mereka berkasih-kasihan, berkencan sampai bercinta. Pergi ke hotel, menginap semalam dan bercinta sebagai tanda cinta mereka satu sama lain. Inilah sebagian citra Natal, terutama di banyak kota besar di Jepang.
Mengapa demikian? Ada kemungkinan Natal menjadi titik tolak cinta mereka yang abadi tak akan dapat dilupakan sampai kapan pun oleh keduanya bahwa mereka bercinta habis saat peringatan Natal. Hanya mengetahui Natal, yang kata orang Kristen, sebagai hari lahir Yesus Kristus. Lalu siapa Yesus Kristus, tidak tahu lagi dan tak mau memikirkan lebih lanjut. Itulah pikiran banyak anak muda Jepang tersebut.
Bagi banyak manusia Jepang mungkin dapat kita sebut sebagai pikiran rasionalis, hanya percaya sesuai apa daya pikir yang ada dan tercakup di otak saja. Tidak mau mempersoalkan hal lain yang dianggap tak jelas. Apalagi kalau sudah soal agama, menurut mereka, merepotkan. Begitulah pola pikirnya.
Puncak perayaan Natal justru dianggap hura-hura, kesenangan karena adanya kelahiran seorang putra manusia "khusus" tanpa mengetahui arti "khusus" tersebut dan bagi banyak anak muda Jepang mereka mengintegrasikan pacarnya sebagai hal yang khusus pula. Karena itu bercinta supaya tetap selamanya diingat dilakukan pertama kali saat Natal, sebagai bukti curahan cinta tertingginya.
Memang tidak semua anak muda Jepang demikian. Namun, citra kuat seks di waktu Natal kenyataan tak bisa dilepaskan lagi saat ini dan hal itu terbukti dengan pasti penuh hotel di Jepang, khususnya di kota besar per tanggal 24 Desember malam. Pasang lilin supaya romantis, makan yang enak, pulang ke hotel dan bercinta. Keesokan harinya pulang ke rumah masing-masing dengan rasa kebahagiaan sebuah "upacara ritual pribadi" telah dilaksanakan dengan baik.
Pajangan
Saat pajangan Natal mulai ditebar ke berbagai sudut jalan dan toko, saat itu sebenarnya dimulai masa komersialisasi Natal di Jepang. Diskon diberikan, berbagai perangkat dan keterkaitan pajangan Natal digelar di sana sini. Lagu Natal dialunkan di hampir semua tempat umum dan pohon Natal pasti tak terlupa dipajang di sana-sini.
Negeri Matahari Terbit yang bukan beragama Kristen ini justru menjadi negara yang paling laris, yakni paling banyak menghasilkan keuntungan di dunia saat menjual produk terkait Natal. Tak heran, berbagai produsen produk Natal dari berbagai negara saat ini menargetkan Jepang sebagai tempat penjualan utama. Ini karena pasti terjual dengan laris dan memberikan keuntungan besar ketimbang penjualan di negaranya sendiri. Satu realitas menarik memang. Penjualan sekitar dua bulan produk dan jasa terkait Natal dengan omzet miliar dolar AS, hanya ada di Jepang, di negara bukan mayoritas Kristen.
Mungkin benar yang disebutkan di atas bahwa citra khusus Natal sebagai hal yang positif, perdamaian, dan ketenangan batin kita mendorong kuat penjualan produk dan jasa Natal pada akhir tahun. Di samping itu, karena Natal berada pada akhir tahun dan akhir tahun dipercaya sebagai waktu membersihkan, mencuci kembali hati dan jiwa yang sudah kotor di dalam tahun yang bersangkutan, mempersiapkan tahun yang baru dengan segala kebersihan sehingga diharapkan dapat memperoleh rezeki yang lebih banyak lagi.
Itulah sebabnya belanja atau buang uang sebanyak mungkin pada akhir tahun sebagai bagian yang dipercaya membuang semua sial, lalu berharap memperoleh uang dan karier lebih baik lagi pada tahun mendatang.
Pembelian berbagai produk dan jasa pada akhir tahun juga didorong bonus akhir tahun yang biasanya tidak sedikit. Karena ada bonus akhir tahun inilah, banyak orang Jepang ke luar negeri atau belanja produk untuk masa depan yang diharapkan lebih baik lagi. Inilah yang mendorong peningkatan penjualan selama dan setelah Natal dirayakan di Jepang. Pada hakikatnya Natal menjadi bisnis menggiurkan di Jepang saat ini ketimbang perayaan kelahiran seorang anak manusia yang disebut Yesus penyelamat dunia.
sumber
{ 1 comments... Views All / Post Comment! }
Aku suka banget blog kamu tentang Jepang. Mohon ijin untuk dikutip juga ke blog aku, akan disertakan credit dari alamat blog mu. Terimakasih. Gambarimasu!! (/^_^)/
Post a Comment